Kamis, 11 Februari 2016

20.09.00

Satu Mata Panah pada Kompas yang Buta (Novel)

SEGERA TERBIT








Kompasmu, apakah kamu memperhatikannya? Ada dua arah di sana. Utara dan selatan. Sama halnya seperti matamu sendiri, arah itu menyelamatkanmu dari kesesatan.

Tapi kompas milikku buta. Tidak ada utara selatan dalam hidupku, semua hanyut dalam ketakutan dan masa lalu. Lima belas tahun penjara mencuri jarum kompasku dan setelah bebas, aku pun masih belum tahu ke mana arah hidupku.


Aku pembunuh, korban hasrat yang menyimpang. Dunia luar menungguku, berpura-pura menyambutku dengan semarak, untuk kemudian kembali meremukkanku dalam ketakutan.

Aku butuh jalan, butuh mata kompasku. Apakah kamu bisa membantuku menemukannya?

Aku Ravit, bekas tahanan yang kini kembali terpenjara rasa takut.
 


Pada kisah ini kamu akan bertemu dengan Ravit, seorang narapidana yang baru saja keluar dari penjara. Dia sudah kehilangan banyak hal, kebahagiaan, orang-orang yang disayang serta kesempatan untuk merasa dirindukan. Dunia luar hanya memberinya masa lalu yang mengerikan, dan ketika waktunya untuk bebas, dia malah merasa takut.

Aku hanya merasa tidak nyaman karena seseorang begitu bergembira dengan kebebasanku, sementara diriku sendiri masih bertanya-tanya, apakah kebebasan ini memang sebuah berita gembira dan awal yang baik untuk masa depanku.

Iyap, seperti tema dari lomba Way Back Home, novel ini memang tentang pencarian jati diri untuk kembali bisa melangkah menjalani kehidupan.

Genrenya sendiri mix antara drama dan spiritual travelling. Jadi jika kamu bosan dengan bacaan tentang cinta-cintaan yang endingnya hanya putus atau jadian, buku ini bisa dijadikan alternatif. Atau lebih suka bacaan yang ada cinta-cintaannya juga? Tenang, Novel ini memiliki unsur romance juga kok walau dalam porsi yang kecil.

Pre Order untuk novel ini sendiri sudah dibuka. Harga normalnya Rp 65.000 tapi diskon 25% jadi Rp 48. 750. Cara PO-nya bisa dilihat di gambar ini:



Minggu, 07 Februari 2016

21.26.00

Lomba Menulis Way Back Home

Tahun lalu saya berkesempatan mengikuti sebuah lomba penulisan novel yang diselenggarakan oleh sebuah penerbit baru, Jendela O Publishing House, yang lebih dikenal dengan sebutan JOPH.  Lomba ini bertemakan Way Back Home dan ingin mengangkat kisah-kisah tentang pencarian jati diri baik dalam hal cinta, kehidupan, passion dan sebagainya.

Saya menemukan informasi tentang lomba ini dari sebuah komunitas di Goodreads, dan kebetulan saat itu juga sedang menulis naskah dengan tema sejenis. Entahlah, mungkin memang sudah jodohnya naskah ini akan masuk ke lomba itu. Walaupun awalnya saya sempat bingung karena sejak dimulai nulis Juli 2015 silam, naskah ini diperuntukan ke penerbit lain.

Dengan berbagai pertimbangan, akhirnya saya ikutkan naskah yang saya kasih judul "Prisoner of the Past" ini ke lomba yang dimaksud ke atas. Pengirimannya sekitar pertengahan September, setelah lelah edit sana edit sini. Singkat kata saya nekat, dengan asumsi jika pun naskah ini tidak menang, toh pengumumannya cepat yaitu sekitar pertengahan November. Saya masih bisa mengalihkan naskah ini ke tujuan awal.

Mendekati tanggal pengumuman, jujur saya resah. Berulangkali saya menekankan pada diri sendiri, bahwa naskah saya mungkin tidak akan masuk kualifikasi. Bukannya pesimis, tapi saya tidak ingin berharap terlalu banyak, mengingat sekian naskah saya yang pernah masuk ke meja penerbit akhirnya dikembalikan utuh.

Tanggal 15 November, waktunya pengumuman pemenang. Namun admin JOPH sengaja menunda-nunda sampai malam, demi membuat para peserta jengkel dan gemas. Saya sendiri sebenarnya sudah pasrah, bermaksud tidak akan melihat  pengumuman itu karena tahu, jika naskah lolos maka akan ada notifikasi via email.

Mendekati pukul 7 (pengumumannya dikeluarkan tepat jam 7 WIB), usaha saya untuk menggilas harapan menang itu makin kuat. Saya katakan pada diri sendiri bahwa 'tidak, tidak, tidak mungkin menang'.

Aneh kan, ketika peserta lain mungkin merepetisi doa 'saya pasti menang', saya malah membatin sebaliknya. Tapi sumpah, ini cara paling ampuh untuk mencegah rasa kecewa. Apalagi beberapa waktu lalu, admin JOPH sempat meretweet satu tweet saya. Makinlah saya gede rasa. Karena itulah, saat pengumaman saya berusaha sekali untuk menekan pengharapan itu.

Biasalah, pengharapan yang berlebih kan memang rawan akan kekecewaan. Pas harapannya meleset, sakitnya itu nggak nahan. (halah).

Jam 7 WIB saya menjauh dari ponsel. Berusaha untuk tenang dan tidak berharap. Tidak buka twitter, tidak buka website JOPH. Berusaha untuk mengabaikannya.

Namun tiba-tiba, ada satu notifikasi yang masuk ke ponsel. Email masuk, tanpa perlu saya buka, terlihat bahwa pengirimnya adalah email yang saya kirimi naskah September lalu.

Pesan apa kira-kira? Apalagi kalau bukan pemberitahuan pemenang lomba. Yes, naskah saya menang! Yes!

Lalu yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah, pemenang ke berapa?

Baru pada saat itulah saya membuka website JOPH, saya begitu tercengang ketika menemukan bahwa.....







Yap, menjadi juara pertama dari 137 naskah. Yah.... begitulah.

Naskah ini sendiri sekarang dalam proses lay out, rencananya akan terbit bulan ini, Februari 2016.

Yey, si enchi punya buku juga. Akhirnya, setelah sekian tahun. Yey.....


About